Mengenal Tahap – Tahap Emosi Pada Kaum Remaja


Penting bagi orang tua untuk memahami perkembangan emosi remaja. Selain itu, emosi para remaja yang tepat dapat membantu mereka mengelola perasaan dan mempertajam kemampuan pengambilan keputusan.

Tahapan Perkembangan Emosi pada Remaja

Masa remaja merupakan tahap yang menantang dan unik bagi anak-anak. Mereka akan melalui proses intens perkembangan emosional dan pemenuhan diri. Terkadang remaja bertanya-tanya, “Apakah saya normal?”, “Apakah saya bergaul dengan orang lain?”, atau “Siapa saya sebenarnya?”.

Perkembangan emosi anak usia 11-12

Pada usia 11-12 tahun, remaja biasanya mengalami perubahan fisik pada masa pubertas. Perubahan fisik ini dapat membuat beberapa dari mereka merasa tidak nyaman dan tidak aman.
Kondisi ini dapat menyebabkan remaja hanya memikirkan dirinya sendiri dan cenderung membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Tidak hanya itu, perkembangan emosi remaja pada usia ini dapat menghalangi mereka untuk memikirkan konsekuensi jangka panjang dari perilaku mereka.

Sebagai orang tua, Anda harus tahu bahwa remaja berusia antara 11-12 tahun mungkin khawatir dengan penampilan fisik mereka dan khawatir bahwa mereka tidak akan diterima oleh teman sebayanya.

Apa yang bisa dilakukan orang tua?

Anda dapat membantu remaja meningkatkan kesadaran diri mereka. Yakinkan mereka bahwa semua teman sebaya mereka juga merasa rendah diri dan emosional tentang perubahan tubuh mereka.

Anda juga dapat berbicara tentang pengalaman pribadi ketika Anda melewati masa pubertas. Dengan cara ini Anda berharap anak Anda tidak merasa sendirian. Jika ia masih khawatir, tak ada salahnya membawa anak ke psikolog untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.

Perkembangan Emosi Remaja Usia 13-14

Remaja antara usia 13-14 tahun umumnya lebih rentan terhadap masalah sosial, seperti larangan sekolah oleh teman sebayanya.
Pada tahap ini, emosi dalam dirinya bergolak. Dia bisa mengekspresikan kemarahannya dengan menutup pintu dengan keras, berteriak, ingin menyendiri dan menjaga jarak dari orang tuanya. Namun perlu diingat bahwa beberapa masalah sosial yang dihadapi anak di luar rumah adalah proses belajar anak menjadi individu yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Apa yang bisa dilakukan orang tua?

Habiskan waktu bersama anak-anak, dengarkan semua kekhawatiran mereka. Saat ini, dukungan keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak.

Perkembangan emosi anak usia 15-16

Remaja berusia 15-16 tahun dapat mencari sensasi dengan melakukan hal-hal negatif, seperti minum alkohol, mencoba narkoba, atau melakukan hubungan seks bebas. Penting bagi orang tua untuk mengawasi mereka agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif tersebut.

Pada titik ini, remaja menjadi sangat tidak stabil. Mereka mungkin sok dan memberontak hari ini, tetapi jangan heran jika mereka tiba-tiba merasa tidak aman dan tidak aman keesokan harinya.

Berkenalan Dengan Zat Kimia Alami ( Serotonin ) Dalam Mengatur Emosi

Umumnya tubuh terdiri dari beragam hormon serta zat kimia yang bertugas dalam mengendalikan seluruh proses kimiawi pada tubuh, termasuk juga suasana hati ( mood ). Serotonin merupakan salah satu zat yang berperan dalam membawa pesan antar sel ke bagian saraf otak. Untuk zat ini dihasilkan melalui proses biokimia dengan menggabungkan berbagai bahan seperti komponen protein, asam amino triptofan serta reaktor kimia yakni hidroksilase triptofan. Tidak hanya otak, serotonin juga bisa anda jumpai pada usus, sistem saraf pusat dan juga dalam trombosit darah.

Triptofan termasuk salah satu jenis bahan pembuat serotonin yang mana tidak diproduksi oleh tubuh, melainkan dari berbagai makanan yang anda konsumsi setiap hari. Untuk triptofan dapat anda temukan dalam makanan seperti daging merah, keju serta kacang – kacangan.

Ketika tubuh kekurangan triptofan maka tidak menutup kemungkinan kadar serotonin yang terdapat dalam tubuh pun akan ikut menurun sehingga dapat memicu munculnya gangguan suasana hati seperti cemas, depresi ataupun gelisa.

Apabila kadar serotonin dalam tubuh mengalami kekurangan maka dapat memicu berbagai gejala seperti, susah tidur, sering gelisah, linglung serta suasana hati tidak karuan. Sedangkan, jika kadar serotonin dalam tubuh terlalu tinggi maka dapat menyebabkan diare, merinding, gemetar dan juga sakit kepala.

Serotonin berperan serta mempengaruhi berbagai proses yang terjadi pada tubuh, seperti

• Pembekuan Darah

Ketika proses pembekuan darah maka trombosit berperan dalam melepaskan berbagai serotonin untuk membantu penyembuhan luka. Zat tersebut kemudian dapat menyempitkan arteri yang mana akhirnya memperlambat pembekuan serta aliran darah.

• Respon Mual

Biasanya produksi serotonin dapat meningkat saat anda mengonsumsi makanan yang berbahaya untuk tubuh sehingga fungsi zat yang satu ini dapat mengeluarkan serta mendorong makanan berbahaya yang anda konsumsi. Selain itu, peningkatan zat kimia pada darah juga bisa merangsang bagian otak yang berperan dalam mengendalikan rasa mual.

• Sistem Pencernaan

Fungsi serotonin dalam sistem pencernaan yakni mengatur gerakan serta fungsi usus. Tidak hanya itu, zat tersebut juga sangat berperan penting dalam mengendalikan nafsu makan ketika anda sedang makan.

• Fungsi Seksual

Serotonin bertugas dalam meningkatkan libido ketika kadar di dalam tubuh rendah. Sedangkan, kelebihan kadar serotonin malah dapat membuat hasrat seksual menjadi menurun. Hal tersebut karena kadar serotonin yang seimbang dalam tubuh sangat penting dalam mengendalikan gairah seksual terhadap diri seseorang.